NOVEL: RAPTURE IN DEATH By JD Robb

Ada yang kenal penulis Nora Roberts? Spesialisasinya kebanyakan buku-buku romance. Tapi ternyata dia punya nama pena lain, JD Robb,  yang hanya dipakai untuk semua buku-buku thriller-nya ๐Ÿ‘. Kenapa ya para penulis yang sudah mapan masih memerlukan nama pena lain? Apa karena kuatir kalau menulis di luar genre yang dikuasai, dan ternyata gagal akan berimbas ke buku-buku romancenya ?

 

Awal-awal membaca novel ini, jujur bingung. Katanya tentang thriller, tapi kok ceritanya agak ngadi-ngadi ๐Ÿคฃ,  tokoh utama ditulis sedang honeymoon ke luar angkasa. Membicarakan tentang pembelian planet-planet lain pula. Ternyata setelah  dibaca lebih lanjut, kisah ini mengambil masa di tahun 2058, di mana manusia sudah bisa liburan ke luar angkasa semudah liburan ke Malaysia ๐Ÿ˜. Kayaknya misi Elon Musk sukses nih ๐Ÿ˜…



Diceritain juga karena tanah di bumi sudah habis dibangun aneka macam gedung dan bangunan, jadi pembelian tanah dan rumah beralih ke planet-planet lain untuk investasi dan tempat tinggal . Giilaaak,  semoga aku masih bisa ngerasain ini, pengen juga beli rumah di planet lain ๐Ÿ˜‚. 


Yang agak kocak, pas Eve mengajak rekannya Peabody ke rumah, trus disajikan kopi. Si Peabody langsung histeris gitu, 'ya ampuuuuun ini kopi beneraaaaan!!' ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ. Akukan jadi bingung yaaa, emang ga ada kopi di zaman futuristik nanti? Ternyata sama halnya kayak tanah yang sudah habis, perkebunan segala macam juga langka. Mereka hanya bisa menikmati kopi essence yang menurut Eve rasanya kayak air comberan wkwkwkwkw. Jadi kalo ada orang yang bisa menyajikan  the real coffee, berarti tuh orang kaya banget ๐Ÿ˜๐Ÿ˜…. 



DUNIA SEMAKIN MAJU, KEJAHATAN TAK AKAN PERNAH PUNAH

Tapi biar dikata bumi udah kehabisan bahan bakar fossil, teknologinya juga semakin canggih.  Begitu juga dengan gadget, pokoknya semua serba otomatis dan super fantastis. Jangan harap pekerja-pekerja biasa masih dipake, semua tergantikan oleh robot ๐Ÿ˜. Hanya pekerjaan tertentu yang butuh spesialisasi tinggi, yang bisa bertahan.


Namun, bukan berarti kejahatan punah. Malah semakin banyak, dengan cara ga masuk di akal manusia sekarang. 


Letnan Eve Dallas menghadapi 4 kasus bunuh diri yang terlihat membingungkan. Insinyur, politisi, pengacara, dan CEO dari suatu perusahaan berita besar menjadi korban. Mereka sukses, ambisius, dan tidak punya alasan untuk bunuh diri. Anehnya, tidak ada benang merah sedikitpun yang bisa ditarik dari kasus ini, tapi Eve tetap berpikir kematian mereka sangat misterius. 


Dan ketika suatu pemeriksaan detil dilakukan, menggunakan alat paling canggih yang bisa membelek bagian terdalam otak manusia, terlihat di masing-masing otak mereka sebuah luka bakar yang sangaaaat kecil, di sebelah kanan penampang otak. Pertanyaannya, bagaimana luka kecil itu bisa terjadi di bagian nyaris terdalam dari otak? 


Pada akhirnya mereka dibawa ke dunia permainan virtual reality, di mana otak manusia bisa dicopy, dibaca polanya, dan dikendalikan dari jarak jauh melalui games VR yang bisa menghipnotis sehingga siapapun yang memakai alat itu, akan melakukan apa yang diinginkan oleh pembuat VR. ๐Ÿ˜ฎ Tanpa Eve sadari, pelaku adalah orang yang ada di sekitarnya, dan juga menargetkan dia dan Roarke (suaminya) sebagai korban berikut. 


-------------------------


Aku sih suka yaaa alur dan jalan cerita novel ini. Hanya saja, baru tau kalo ini buku berseri๐Ÿคฃ. Memang sih bisa dibaca lepas, karena ga saling bersambung, tapi tetap aja  jadi bingung, terutama kalo tokoh-tokohnya sedang cerita kasus yang lalu. Jadi ga nyambung ๐Ÿ˜….. Trus baru tahu kalo total bukunya ada sekitar 24 buku ๐Ÿคฃ. Udah banyak bangettt, kan jadi males baca 1-1๐Ÿ˜œ.

Comments

  1. Sebatas tahu, saya belum pernah baca atau sempat jajal tapi kurang cocok dengan tulisan romansanya. Haha.

    Kalau menurut saya sebagai orang yang suka nulis dan pernah punya keinginan jadi penulis, kenapa beberapa penulis masih butuh nama pena, karena ya ada hal yang perlu dihindari. Kalau kasus dia mungkin takut citranya yang semula penulis romance jadi berubah.

    Bisa ambil contoh juga pengalaman teman sendiri. Dia doyan nulis thriller, lalu ada teman lain yang perlahan-lahan menjauhi dia karena takut tokoh ciptaannya itu cerminan dirinya sendiri yang enggak terlihat alias sisi gelapnya gitu. Hahaha. Ada juga yang memang mau menyembunyikan sosok aslinya. Dia enggak mau terkenal sebagai penulis (baik secara umum atau genre tertentu). Adakalanya kan si penulis ketemu penggemar fanatik yang menyeramkan. Identitas dia kalau enggak disembunyikan bisa berabe. Jadi, ya terkadang penulis butuh nama pena.

    Saya belum bisa membayangkan masa depan akan jadi seperti itu. Tahun 2058 mungkin saya udah mati, jadi enggak ngalamin andaikan dunia betulan berubah modern. Haha. Kasus bisa membunuh lewat VR gini bikin saya teringat salah satu episode Black Mirror. Di kepala si pemainnya terasa ngalamin kejadian berhari-hari, padahal aslinya cuma hitungan detik. Gokil banget, sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah masuk akal kalo gitu. Ga mau dianggab kalo tokoh2 dalam tulisannya seperti cerminan dirinya sendiri yaa ๐Ÿ˜. Walopun kdg percuma juga nyembunyiin. Lah ini buktinya udah ketahuan itu hanya nama pena ๐Ÿ˜….

      Di cerita ini juga begitu Yog. Diangersaain seolah lamaaaa, tapi sebenernya menurut temannya yang menemani takut ada apa2, itu hanya hitungan menit. Hebat kalo sampe ada laat yg seperti itu nantinya. Di alat ini, salah satu nya bisa berhubungan intim hanya dengan bayangan tokoh virtual, udah ga Ama manusia beneran lagi wkwkwkwk

      Delete
  2. Orang-orang di tahun 2058 nanti akan gimana ya kalau misalnya baca novel ini dan ternyata teknologinya belum secanggih yang ada di novelnya. ๐Ÿ˜… Anyway, dijelasin nggak mba Fan di novelnya tentang jumlah penduduk dunia berapa milyar? Kan kasian ya kalau pekerjaan sudah diambil-alih robot, jadinya nganggur dong manusia kalau penduduknya masih tetep banyak. :(

    JK Rowling juga gitu, pakai nama pena lain buat nulis novel di luar Harry Potter. Entahlah alasannya apa, aku sendiri nggak pernah cari tau. Kalau tebakanku sih, penulis tsb ingin lepas dari image sebelumnya. Sebagai pendalaman diri juga mungkin? Biar lebih lepas nulis cerita non sihir. Soalnya kalau buat nyembunyiin identitas kok rasanya agak kureng untuk kasus tante Rowling ini, karena orang-orang udah pada tau nama penanya. ๐Ÿ˜…

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu, Nora roberts ini juga udah ketahuan nama pena lainnya jd robbs. Ga cocok kalo untuk nyembunyiin identitas kan..

      Serem juga yaa kalo di tahun segitu banyak pekerjaan yg akan digantikan oleh robot. Tapi sebenernya udh kliatan dari sekarang mba. Udah baca bgt pekerjaan yg skr jadi digital, udh ga butuh manusia lagi. Kayak di bank cth nya. Semua serba digital, banyak bank yg udah tutup cabang, Krn pekerjaan cs , teller semua bisa by system, ga butuh orang lain. Ga kebayang nantinya kan.

      Delete
  3. “Di mana otak manusia bisa dicopy, dibaca polanya, dan dikendalikan dari jarak jauh melalui games VR yang bisa menghipnotis sehingga siapapun yang memakai alat itu”.

    Idih serem banget kak, aku kayaknya gak akan mau hidup di zaman kayak begitu ๐Ÿ˜‚

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahahaha bagian yg itu serem memang mba ๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…. Tapi aku penasaran yg mau traveling ke luar angkasa wkwkwjwjwj. Kayak apa rasanya ๐Ÿคฃ

      Delete
  4. Aku suka baca Death Series ini, menurutku ceritanya out of the box. Sayang sekarang sudah tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia lagi.

    ReplyDelete
  5. Sama kayak J.K.Rowling kalau nulis genre misteri pakai nama pena Robert Galbraith ๐Ÿ˜‚. Mungkin alasannya benar seperti kata Kak Fanny, kalau karyanya jelek, jadi nggak malu-malu amat soalnya pakai nama samaran(?) ๐Ÿคฃ
    Aku sering banget sih lihat novel Nora apalagi di Gramedia Digital, covernya sering muncul teratas wkwk
    Btw, buku thrillernya kenapa banyak banget serinya ๐Ÿ˜ญ. Ceritanya menurutku seruuu, tapi kalau serinya kebanyakan, aku pribadi keburu malas ngikutinnya ๐Ÿ˜‚

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

NOVEL: PACHINKO By Min Jin Lee

NOVEL: JAKARTA VIGILANTE By Victoria A Lestari

REVIEW NOVEL: PHILOPHOBIA By TESSA INTANYA