REVIEW NOVEL: PEARL MOON By KATHERINE STONE

REVIEW NOVEL: PEARL MOON By KATHERINE STONE  ~  Kalau ada novel yang bikin aku gemes-gemes emosi bacanya, mungkin Pearl Moon ini bakal jadi juara πŸ˜‚. Novel lama, dari penulis Katherine Stone, yang  berkisah soal romansa cinta di tahun 60-90an πŸ˜€. Kebayang kan jadulnya. Even pas 90an aku mah masih SD, belum kenal cinta-cintaan  😁. 


Ada 7 tokoh utama di novel ini, tapi kalo mau dipersempit, hanya 4 tokoh yang ceritanya paling menonjol. 


Berawal di tahun 1960an, Juliana Kwan, seorang gadis China yang selama 13 tahun hidupnya tinggal di sebuah rumah perahu. Pekerjaannya membuat rangkaian mote atau manik kaca untuk  dijual ke daratan yang biasanya menjadi hiasan pada baju-baju atau garmen.  Ayahnya seorang nelayan miskin, tapi Juliana punya cita-cita agar suatu saat dia bisa menginjak daratan Hongkong. Siapa sangka impiannya terwujud dalam bentuk malapetaka, yang menghancurkan komunitas perahu Jung tempat mereka tinggal. Sayang, badai besar yang menghantam lautan, meluluhlantakkan perahu, dan menewaskan seluruh keluarganya. Juliana sendiri selamat, karena sempat berpegangan pada suatu bilah kayu, dan terdampar ke daratan. 


Nasib baik mempertemukannya dengan Vivian Kwan, designer baju yang ternyata memakai hiasan mote indah hasil rangkaian Juliana. Vivian mengangkatnya  sebagai penerus, dan berdua mereka punya impian untuk suatu hari nanti  mendirikan mode busana terkenal dengan nama Pearl Moon. 






Takdir  juga yang membawa  Juliana kepada seorang pilot Amerika yang sedang transit di Hongkong. Garret Whitaker jatuh cinta pada gadis China ini, tapi mereka berdua sadar, kalau hubungan itu terlarang. Di tahun 60an, seorang kulit putih yang menikahi gadis Asia, susah untuk diterima di lingkup sosial, begitu juga sebaliknya. Si gadis hanya akan dicap wanita simpanan kulit putih. 


Garret kembali ke Amerika, patah hati, dan dipaksa menikah dengan wanita teman kecilnya. Pernikahan mereka bahagia, tapi tidak lama. Beth  meninggal ketika secara prematur melahirkan  anak pertama mereka,  Allison Whitaker. Beberapa hari kemudian, Garret mendapat kabar dari Juliana, bahwa diapun melahirkan bayi mereka, di hari yang sama dengan kelahiran Allison, hanya berbeda 5 menit lebih awal. Namun, gara-gara kepercayaannya terhadap segala takhyul dewa-dewa, Juliana  berkeras tidak mau bertemu lagi dengan Garret, takut akan semakin banyak bencana yang terjadi. Dia percaya hubungan mereka terlarang karena selalu ada musibah di saat mereka bertemu. Garret tidak diizinkan untuk melihat anak tidak sahnya yang diberi nama Maylene Kwan


Udah mulai gemes di sini??? :D


Siapa sangka, dua saudara beda ibu ini akhirnya dipertemukan semesta setelah 28 tahun, untuk bekerja sama dalam suatu proyek pembangunan hotel termegah di Hongkong , Jade Palace, yang dibiayai oleh James Drake, si pengembang hotel. Maylene adalah arsitek, yang merancang Jade Palace sebagai bentuk persatuan timur dan barat. Sementara Allison sebagai fotografer yang nantinya akan memotret wajah Hongkong, untuk ditampilkan dalam galeri hotel megah tersebut. 


Maylene cukup terguncang ketika tahu adiknya akan bekerja sama dalam proyek ini. Oh yaaa, dia tahu tentang sejarah hidupnya, sejak umur 13 tahun. Saat tahu bahwa ayahnya masih hidup, dan  seorang Amerika yang mempunyai anak lain dari istri sah, Maylene langsung merasa hidup sangat tidak adil. 


Wajahnya yang setengah China, jadi bahan rundungan. Dia menyalahkan ibunya karena tergoda dengan lelaki Amerika dan mau saja dibohongi. Di usia 18 tahun, Maylene meninggalkan Hongkong, pindah ke Inggris, dan memutuskan hubungan dengan ibunya. Pembangunan Jade Palace inilah yang membuatnya kembali. 


Mengalami hidup keras sejak kecil, Maylene tumbuh menjadi wanita tidak percaya diri, yang merasa hidup paling menderita, merasa tidak dicintai oleh lelaki manapun juga, berpikir kalau ayahnya sendiri menolak dan malu punya anak setengah China, merasa ibunya pun sudah tidak sayang karena tidak pernah mau menghubunginya selama di Inggris. Bahkan ketika Sam Coulter, lelaki yang mengepalai pembangunan  Jade palace jatuh cinta kepadanya, Maylene tetap merasa bahwa  cinta itu tidak tulus. Sam hanya bermain-main, Sam tidak benar mencintai dia. Maylene bahkan berpikir, Allison akan malu dan kecewa jika tahu mereka adalah kakak beradik. 


Sampai di sini,  mau rasanya  mengguncang-guncang bahu wanita yang kadar self-esteem nya udah ancur sejak awal, dan menyarankan dia ke psikiater πŸ˜†. Kenapa mikirnya  jelek mulu toh mbyaaak.  Hobi amat menyakiti diri sendiri. Sama aja ibu dan anak cara berpikirnya 😬. Gemeeeeees. 


Kisah romansa ga lengkap kalo tanpa peran antagonis.  Dalam novel ini, tokoh yang menjadi biang kerok adalah Sir Geoffrey Lloyd-Ashton, orang paling berpengaruh di Hongkong, mempunyai istri cantik, Eve, yang selalu menjadi objek siksaannya untuk kesenangan pribadi, dan memiliki rumah megah yang menabrak semua aturan  Feng Shui. Tetap saja Sir Geoffrey tidak peduli, karena buatnya Feng shui itu bullshit. Tipuan bodoh orang China hanya untuk memeras uang dari kulit putih. 


Pembangunan Jade Palace, tidak semulus yang dibayangkan. James Drake tahu, bahwa musuh-musuhnya di Hongkong tidak menyukai apa yang dia lakukan, membangun Hotel semegah Jade Palace. Rumor mulai berkembang kalau bangunan ini memakai bahan bangunan sekelas pasir apung. Drake tahu, ada seseorang, yang mempunyai kuasa, dan kemungkinan besar terlibat dalam pembunuhan istrinya beberapa tahun lalu, yang kini sedang menghancurkan mahakaryanya. 


Dan pembunuh itu tidak mau berhenti, sampai James Drake kehilangan segala miliknya, termasuk wanita yang saat ini dia cintai. Drake harus berpacu dengan waktu, menyelamatkan Jade Palace dan calon istrinya, dari serangan musuh yang dia masih belum tahu siapa, juga  menyeret pembunuh itu ke tangan hukum. 


Cukup seru, karena membuat penasaran sampai akhir cerita. Walaupun sudah sangat ketebak, tapi kisah cinta beda ras ini termasuk tema yang laku dan tidak bosan untuk dibaca. Untungnya ending cerita juga berakhir manis dan membuat pembaca senang πŸ˜™.  Ga kebayang kalo sampe akhir cerita tokoh baiknya dimatiin atau menggantung, bisa-bisa aku pundung ga bakal mau baca buku-buku Katherine Stone lagi 😎 



Comments

Popular posts from this blog

NOVEL: PACHINKO By Min Jin Lee

NOVEL: JAKARTA VIGILANTE By Victoria A Lestari

REVIEW NOVEL: PHILOPHOBIA By TESSA INTANYA