REVIEW NOVEL: NINA VAN COUPEN By ALEX GUNAWAN
Tidak bermaksud untuk menghina, tapi jujur aku heran kenapa bisa-bisanya membeli buku ini. Ga hanya isi yang aneh, tapi genre komedi yang diusung juga ga dapat feel lawaknya. Bisa jadi hanya karena tergoda covernya yang lucu sih π. Mungkin nih yaaaa, lawakan jenis ini, memang ditujukan hanya untuk kalangan tertentu, yang humornya setipe. Buatku yang masih suka jokes ala novel My Stupid Boss atau Anak Kos Dodol, jelas ga ngerti di mana letak kelucuan Nina Van Coupen, The Novel.
____________________
Mengambil latar tahun 1941, di saat masih zamannya penjajahan. Sekolah menengah Jember, atau disingkat SRMP (Sekolah Rakyat Menengah Pertama), kedatangan murid baru perempuan, putri Belanda dari Gubernur Jendral Surabaya, Nina Van Coupen. Murid bule ini awalnya terlihat bossy, dengan seenaknya mengubah nama teman-teman sekelas menjadi nama binatang dan tumbuhan, juga mengganti susunan tempat duduk mereka, tanpa ada protes dari guru dan murid lain. Wajar saja, lah wong Noni Belanda, mana bisa pribumi melawan anak dari penjajahnya.
Missen Nina juga berani mengubah beberapa aturan sekolah demi kepentingan pribadi, seperti melakukan upacara bendera di dalam kelas sambil duduk, atau mengganti jarak standard lompat jauh, yang tadinya 250cm untuk bisa lulus, menjadi hanya 32cm, hanya karena Nina tidak mau sepatunya kotor πΆπ. Tentu saja semua murid lulus semua saat ujian olahraga ini.
Wait ... Agak bingung di sini, seingetku tahun 1941, di mana merdeka aja belum, masa sih ada upacara bendera? Atau maksudnya upacara bendera menghormati negeri penjajah? Trus, kalo ga salah nih yeeee, kayaknya zaman dulu, anak-anak Belanda sekolahnya ga gabung ama pribumi sih π.. Ada memang beberapa murid pribumi, tapi dengan catatan harus yang dari golongan bangsawan. Lah di novel ini, anak lokalnya diceritakan orang miskin semua kok. Aku tahu ini buku komedi, tapi ga ada salahnya toh melakukan riset dahulu.
Setiap tahun SRMP mengadakan lomba antar kelas memperebutkan hadiah dari sekolah. Selama ini juara bertahan belum terkalahkan selalu dari kelas 3C, dengan ketuanya Brian, anak Belanda dari Gubernur jenderal wilayah Jember. Bersama kroco-kroconya yang lebih mirip preman daripada murid sekolahan, mereka sering menindas dan tak segan berbuat curang saat bertanding.
Kali ini, Nina Van Coupen bertekad membawa kelasnya sebagai juara, dengan menyemangati teman-teman sekelas, dan mengatur strategi agar bisa mengalahkan 3C. Menggunakan kekompakan, kecerdikan dan sedikit kelicikan, mereka berusaha keras memenangkan pertandingan dan taruhan, yang dibuat untuk menjatuhkan Missen Nina jika kalah.
Namun, problem mereka sebenarnya bukanlah pertandingan antar kelas, melainkan kedatangan ninja Jepang yang ingin menculik anak-anak para petinggi besar Jendral Belanda, termasuk Missen Nina yang menjadi daftar buruan utama para ninja tersebut. Anak-anak sekolah SRMP, memutar otak untuk melindungi Missen Nina dari serangan ninja-ninja.
Novel yang diharapkan berbau komedi ini, sayangnya kurang cocok dengan selera humorku. Beberapa poin yang jadi alasan:
•Komedi yang ditulis cendrung garing. Jujur, jangankan ketawa, bahkan untuk senyum saja susah banget ketika membaca lawakan yang ditulis.
•Penggunaan kata ganti yang tidak konsisten, kadang aku-kamu, terkadang gue-elu, sedikit mengganggu jadinya.
•Memakai kata makian 'kampret' yang terlalu banyak di berbagai kalimat. Membuat risih saat membaca. Aku rasa, penulis sangat suka menggunakan kata 'kampret' dalam berkomunikasi . Kesannya malah terlalu lebay. Sesekali mungkin masih oke, tapi kalau kata makiannya bahkan dipakai berulang-ulang, menurutku samasekali tidak ada lucunya.
•Cerita ini beralur zaman penjajah, tapi terkadang jokes yang dilontarkan malah membawa-bawa masa sekarang. Ga nyambung tsaay π€£.
Mbak Fan, mungkin penulisnya emang kurang riset. Atau sengaja mencampur adukan fakta biar ada kesan lucu? Walau secara terang-terangan Mbak Fanny bilang susah ketawa hehehe
ReplyDeleteAtau memang jokesnya udah beda Ama seleraku yg lebih tua mba ππ. Aku mikirnya jadi terlalu serius kayaknya, apalagi menyangkut sejarah π
Deleteiya nih, kayaknya penulisnya kurang riset ya. Kalo bingung kenapa musti ambil setting tahun sebelum kemerdekaan
ReplyDeleteItu diaaaa. Harusnya tulis yg memang dikuasai. Jadi ga asal nulis doang hanya utk lucu2an, yg hasilnya pun kurang lucu
DeleteJadi mikir seh, penulisnya itu punya mentor ga ya ?
ReplyDeletetrus ada editornya atau sebenarnya dia itu mau berpesan apa yaa atas tulisannya.
Melalui review ini serius looh aku jadi ga habis pikir kenapa novel ini bisa ada karena agak terganggu soal kata ganti yang tidak konsisten.
Aku juga mikir gitu kok mba. Editornya ada ga sih, atau editornya ga peduli juga soal begituan π€£. Krn ganggu banget sumpah bacanya
DeleteIya ko walaupun komedi idealnya ringan aja ya ini ko malah ledekannya ga asik ah apalagi ga konsisten kata gantinya fatal banget.
ReplyDeleteSamaaa, aku gabterlaku suka kalo kata2 makian gitu dijadiin candaan. Ga asik dengernya. Biar aja dibilang kuno, bercanda lebih enak kalo pakai kata yg bukan makian
DeleteIyaya...candaannya gak relate sama zamannya.
ReplyDeleteKenapa gak sekalian bikin komik dengan latar anak Jaksel 2022 sih..?
Kan bisa jadi lebih BOOM tuh...dan gak aneh dengan penggunaan bahasa semacam kamvret.
Hahahaha Beneer mba. Kalo ga ngerti zaman di mana dia belum hidup, ga usah sok nulis ttg itulah π€£. Yg sesuai zaman aja
DeleteSetuju sama Mbak Fanny ... saya juga bakal merasa garing kalau membaca buku ini. memang cover-nya menarik sih yaa.
ReplyDeleteKata kampret itu gak pantas banget diucapkan di zaman itu kepada orang tua ... sekarang aja gak pantas kok yaa ... orang2 kan saling mengampretkan sama sesamanya yang seusia atau lawannya.
Naaah bener. Aku makin ga suka pas ada anak yg juga kampret2an Ama ortunya.. apa sih maksudnya, lucu ga, yg ada jijik bacanya
DeleteLatar belakang novelnya menarik ya jarang ada komedi yang settingnya sebelum kemerdekaan, sayangnya penulis kurang riset ya jadi banyak kejanggalan
ReplyDeleteNaaah bener mba.. walo ini komedi, mbok ya riset juga. Jangan dibikin sembarangan gini.. bacanya jadi ga enak
DeleteRiset ketika nulis itu emang penting banget, biar jadinya nggak aneh begini. Penulisnya suruh jadi drama korea lovers dulu deh, siapa tau dapat inspirasi buat riset dulu, hehe
ReplyDeleteLatar penjajahan, tapi bahasanya agak gimana gitu. Liat kata "Kampret" melulu juga bikin senyum, antara lucu sama enggak habis pikir kenapa kata itu ada terus-terusan, hehe.
ReplyDeleteBeberapa kali aku baca tulisan yang kurang riset. Jadi nanggung ya. Kenapa gak nulis di zaman sekarang aja ya. Btw, aku juga pernah nih kepengen nulis berlatar masa yang aku gak tahu. Aku baca2 di Google, etapi takut ketahuan deh. Mangkrak deh tulisannya. Wkwkwkwk...
ReplyDelete