REVIEW BUKU: SHE SMELLS OF TURMERIC By NATASHA SONDAKH

She Smells of Turmeric, novel bahasa Inggris pertama yang aku baca di 2022. Judulnya lumayan eyecatching, unik, menggunakan kata turmeric atau kunyit. Yang terlintas dalam pikiran, langsung membayangkan cerita ini berhubungan dengan seorang chef yang menggunakan bahan baku kunyit dalam kulinernya, tapi ternyata, bertolak belakang samasekali 😃

Cece / Cecilia Putri Wongso, keturunan Tionghoa Indonesia yang selama hidup, tinggal di Amerika. Ayahnya, James Wongso memutuskan meninggalkan tanah air dan melepas marga Wongso, setelah pertengkaran hebat dengan orangtua, Shan dan Robert Wongso, yang tidak mau merestui istri pilihan anaknya, hanya karena perbedaan status sosial yang tidak selevel. Sejak itu, James berjuang dari bawah, membesarkan keluarga kecilnya di Amerika.

Menjadi dewasa tanpa banyak mengenal keluarga dari pihak ayah, Cece hanya tahu cerita-cerita tentang keindahan alam Indonesia, yang selalu dibicarakan dengan mata berbinar oleh James. Meski penasaran, belum terlintas sedikitpun di pikirannya untuk datang dan melihat negara tempat orangtuanya dulu menghabiskan masa kecil.

Kanker otak menyerang James, merenggut kebahagiaan mereka. Setelah pemakaman ayahnya, di saat itulah, Oma Shaan menelpon dari Jakarta dan meminta Cece untuk datang ke sana. Mereka ingin Cece mengenal akar keluarga dari pihak sang ayah. Biar bagaimanapun, dalam darahnya dia tetap seorang Wongso.

Awalnya, Cecilia ragu menerima tawaran tersebut. Ya, dia memang ingin melihat tempat-tempat yang dulu pernah diceritakan James, tapi juga kuatir karena tahu hubungan ayahnya dengan keluarga Wongso sudah rusak bertahun-tahun lalu, sejak James lebih memilih Katrina sebagai istri, daripada orangtuanya.

Singkat cerita, Cecilia jadi berangkat ke Jakarta, merasakan kehidupan mewah yang selama ini menjadi milik keluarga Wongso. Keangkuhan, hidup yang selalu diatur tanpa ada hak untuk memutuskan apa yang terbaik buat diri sendiri, perselingkuhan antar keluarga dianggab biasa, nepotisme dan koneksi bahkan tidak pernah lekang dari segala bentuk pertemanan. Puncak dari semuanya, saat dia mengalami sexual assault dari atasannya sendiri yang dia percaya selama ini.

Cece tahu, ini bukan dunia glamour yang dia mau. Didikan orangtuanya untuk selalu mandiri, berani speak up saat dilecehkan, dan tidak pernah memandang status seseorang, terlalu berlawanan dengan apa yang dia dapat dan rasakan di Jakarta.

Mungkin hidup mereka tidak bergelimang harta di Amerika, tapi kehangatan, cinta kasih, ketulusan dalam berteman, selalu Cece rasakan. Dalam persimpangan, dia harus memilih, kembali ke Amerika, atau berusaha melembutkan hati opa dan oma untuk bisa berkompromi dengan gaya hidup yang dia pilih.

Suka dengan alur cerita buku ini! Semakin terlihat nyata karena di akhir novel disisipkan beberapa spot foto saat Cecilia kumpul bersama teman-teman dan keluarga. Ceritanya sendiri fiksi, tapi tempat-tempat yang ditulis memang benar adanya. Sehingga pembaca jadi punya bayangan ketika membaca kisah ini.

Reading App: SCRIBD