REVIEW NOVEL: PHILOPHOBIA By TESSA INTANYA
Buku ketiga buat disubmit dalam reading challenge JaneXLia π.. Ga nyangka nemu beberapa buku bersampul merah dan pink. Walaupun ga mungkin semua bisa aku ikutin dalam challangeπ.
Novel kali ini karya dari penulis Tessa Intanya. Pertamakali membaca buku beliau, dan cukup unik. Aku ngerasa kayak disodorin naskah film atau drama, karena semua isinya hanya percakapan antara tokoh-tokoh utama dan pendukung. Bukannya jelek, malah konsepnya menarik, kalau aja aku tidak bosan baca percakapan mereka sepanjang 300an halaman cuyπ€£π€£. Makanya butuh waktu beberapa hari hanya untuk menyelesaikan novel yang tidak terlalu tebal ini.
---------------------------------
Alandra dan Anjani, 2 sahabat sejak kecil, yang dulunya tetanggaan dan masing-masing memiliki sifat bertolak belakang. Mungkin karakter yang berbeda tadi yang bisa menyatukan segala macam perbedaan hingga persahabatan mereka awet hingga kini. Keduanya berprinsip, lelaki dan perempuan tetap bisa bersahabat tanpa ternodai rasa cinta. Tema klise, yes π.
Alandra atau Andra, dibesarkan dalam keluarga hangat, di mana kasih sayang selalu berlimpah. Karena itu dia tumbuh sebagai lelaki yang mempercayai bahwa cinta sejati itu ada. Pacarnya Milla, bisa dibilang a perfect girl, cantik, berbakat dalam banyak hal, baik, dari keluarga berkecukupan, sabar dan pastinya sayang banget dengan Andra.
Berbeda dengan Anjani atau Jani, yang berasal dari keluarga broken home, membuatnya sinis, dan tidak percaya samasekali akan keberadaan cinta. Sejak kecil Jani terbiasa melihat kedua orangtuanya ribut, sampai akhirnya sang ibu memilih kabur ke luar negeri bersama pacar baru.
Diperburuk oleh Danes, cowok yang sempat dia taksir, dan memberikan banyak harapan, ternyata malah memilih cewek lain pada akhirnya. Makin hancurlah pendapatnya tentang cinta itu sendiri. Jani bahkan kepikiran untuk ga menikah, demi tidak merasakan sakitnya saat sudah terlanjur falling in love.
Namun, seperti tema cerita sahabat menjadi kekasih yang baaaanyak sekali beredar, buku ini sudah sangat ketebak endingnya bakal seperti apa. π
Kebetulan aku termasuk tipe yang tidak percaya samasekali kalau dua manusia normal berlawanan jenis, bisa bersahabat sangat dekat. Bullshit lah... Kecuali salah satu dari mereka gay π€. Pengalamanku pribadi, ujung-ujungnya malah jadian, trus musuhan atau berubah jadi orang asing di saat putus π€£
Walaupun isi buku dalam bentuk percakapan, tapi sebenarnya mengalir banget, dan salutnya tidak kaku. Hanya saja para tokoh dominan berbicara dalam bahasa Inggris. Buatku sih bukan masalah, tapi mungkin untuk pembaca yang kemampuan bahasa Inggrisnya kurang, bakal mengalami kesulitan untuk mengikuti ceritanya. Yakin banget, penulisnya pasti anak Jaksel π€£..
Hanya saja, pemilihan tema yang jujur membosankan dan sangat mudah diprediksi, ditambah konsep tulisan yang seperti script, bikin sedikit ngantuk membacanya π .
Sahabat jadi pacar, rasanya sudah terlalu banyak dibuat cerita π€.. Aku sebenernya berharap ending ini bakal ga pasaran, tapi penulis ternyata lebih suka mencari aman dan memilih akhir cerita seperti yang sudah-sudah. Yo wislah.. masih oke kok kalau sekedar untuk bacaan ringan tanpa perlu mikir .. π
Yakin banget, penulisnya pasti anak Jaksel, kalimat ini bikin saya ketawa, ha ha ha ( maaf ) jadi penasaran cerpenku pengen diulas juga #eh
ReplyDeleteAbisnyaaa, ngomong campur aduk Ama Inggris gini, identik mereka banget π€£π€£π€£
DeleteTema sahabat jadi pasangan masih laku sih Mbak, tinggal mainin karakter dan juga setting. Tapi memang kesal juga ya kalau endingnya predictabel ga ada plot twistnya. Jadi kurang seru begitu. Kurang bumbu. Mungkin buku ini targetnya para remaja yang lagi kasmaran
ReplyDeleteNaah iyaaa, plot twist ga ada, jadi ngeliat endingnya so so begini, akupun jadi males .. coba kalo penulisnya berani ngedobrak tradisi tema ini :p
Deletebearti novelnya gampang banget dicerna dengan jalan cerita yang bisa ditebak plus ditutup happy ending. Pas lah buat dica santai sambil happy
ReplyDeleteAku juga yang termasuk bisa "tertawa ngehek"kalau ada lelaki dan perempuan, kurang lebih seumuran, jalan ke sana ke mari, terus bilangnya " kita teman kok". Karena pertemanan yang mereka maksud gak masuk dalam logika ku..Kecuali yah sesekali ke emu, gak pakai curhat, hubungannya gak mendalam, baru aku percaya itu bisa diteruskan sebagai tali pertemanan.
ReplyDeleteNgomong-ngomong aku angkat topi banget sama Mbak Fanny yang rajin menceritakan kembali bahan bacaannya. Malah sampai bikin blog sendiri. Jempol Mbak
Naah itu mba. Akupun ga percaya kalo ada yg sahabat dekeeet banget gitu, tapi ga pale perasaan. Kecuali kayak aku bilang, salah satunya gay atau lesbian . Baru aku percaya.
DeleteSoalnya selain Krn ikut reading challange Ama janexlia , supaya isi buku juga ga lupa, dan kepengen belajar bikin review mba, makanya aku bikin blog khusus :D
Hm, saya membayangkannya akan lebih menarik jika ending-nya split atau ga ketebak ya :)
ReplyDeleteAkupun berharap gitu mba π. Bosen aja kalo baca buku dengan ending udh ketahuan
DeleteBerarti endingnya andra jadian sama jani ya mba?
ReplyDeleteIya sih...klo cow-cew awalnya teman, biasanya salah satu atau 2-2 nya kebawa perasaan...
Ntar klo salah satu punya pacar (kayak kasusnya andra), biasanya pertemanan akrabnya bubar...
Iya sih. Sahabat menjadi pacar mah sudah sangat banyak sekali. Mungkin kalau dibuat ending yang nggak ketebak gitu lebih menarik kali ya kak...
ReplyDeleteKalau ga pake mikir kurangs eru lah mbak endingnya niii hihi salut ama yg suka baca novel diera digital ini, aku seringnya diiklan fb kalau uda kebawa baca atas eh lama lama ga kelar kelar lanjut trs wkwk
ReplyDeleteIya temanya terlalu sering diangkat ya jadi membosankan tapi sampul bukunya menggemaskan pisan deh..kalau bahasa percakapan campur aduk juga bikin pusing bacanya hehe
ReplyDeleteGimana ya.... ada dua orang cewek dan cowok sahabatan, jalan kemana mana, saling curhatan tapi keduanya gak punya rasa itu? Icchh... sulit di percaya wkwkwk
ReplyDeleteHihii...aku jadi membayangkan bertemu dengan kak Fan.
ReplyDeleteOrangnya sangat lugas menyampaikan pendapat. Aku jadi terbayang juga nih, buku yang berjudul Philophobia.
Agak membosankan kalau tema yang serupa dibawakan kembali. Tapi mungkin ada uniknya di antara hubungan lawan jenis.
Bukan tipe tulisan yang aku pengen nih, kalau bikin ngantuk udah jadi pengantar tidur ya. Ohh bisa berarti buku ini cocok untuk kita yang susah tidur hehe
ReplyDeleteKalau isinya naskah percakapan, kt bisa belajar acting jd tokoh yg ada di cerita ya hihihihi.
ReplyDeleteBerarti bukunya bagus unt temen2 yg kepengen mengembangkan minat jg di bidang acting atau malah script writer.
Laki-laki sama perempuan sahabatan itu memang agak berbahaya. Kalau enggak saling cinta, ya salah satunya jatuh cinta. Pengalaman soalnya. Jadi sekarang cari aman buat enggak terlalu dekat sama laki-laki (karena memang sudah nikah, hehehe).
ReplyDeleteEhh, aku kok familiar yaa sama cover novel ini, hahahaha.
ReplyDeleteDuhh, persahabatan cowok-cewek itu udahlah kalau nggak jadian ya friendzone π€£ Aku punya beberapa temen cowok cuma ya sebatas hahahihi ajaa. Nggak ada yang benar-benar dekat. Karena kalau judulnya udah telponan tiap malem, saling nanya kabar tiap hari, itu pasti berujung... ya gitu deh *lah dia curhat* π€£
Nah iyaaa... Ga mungkiiiin lah sedeekeeeet itu tapi ga ada rasa lama2 π€£π€£. Kalo sampe suamiku bilang ada cewe yg jadi sahabat dia, ga bakal percaya aku π . Pasti lebih hubungannya. Apalagi kalo ngaku2 Kaka adek wkwkwjwjwk
DeleteCerita cinta dan kehidupan yang manarik meski pada akhirnya UjC.π€£π€£π€£
ReplyDeleteDan baca review ini gue seperti baca kisah hidup gue dulu.π€£π€£π€£ Eeh serius lho pernah ngalamin aku, berniat bersahabat dan apapun alasannya tetap bersahabat.
Meski pada akhirnya Preettlah...Dan bubar.π€£π€£π€£
Hahahahaha... Wiiiih, udah dibikin cerita blm mas π€£.. kayaknya seruuu nih hahaha. Beda memang suhu..π..
DeleteJadi beneeer kan, ga akan mungkin lah mau sahabatan, tanpa ada rasa suka. Kecuali gay salah satu π€£
Tema sahabat jadi pacar emang udah sering dibahas ya mba. Tinggal pinter2nya aja ngemas cerita dan konfliknya gimana. Hehe
ReplyDeleteGara-gara baca novel ini taun 2006 dulu, nama Jani kupakai sebagai nama anak pertamaku yg skrg udah berusia 10 tahun, wkwk.
ReplyDelete